Fachrul Hidayat: Opini
News Update
Loading...
Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Thursday 19 September 2019

Blog Mechanical Engineering Terbaik Indonesia


Dewasa ini teknologi berkembang begitu cepat. Berbagai inovasi terus berkembang untuk memudahkan pekerjaan manusia di berbagai sektor. Salah satu sektor yang berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir adalah teknologi internet. Perkembangan teknologi internet ini bisa dikatakan terjadi hampir setiap detik, sangat cepat.

Perkembangan teknologi internet memberi dampak positif terhadap dunia pendidikan. Dengan memanfaatkan fasilitas internet, kini belajar tentang sesuatu mudah saja dilakukan, tak hanya melalui buku-buku. Dimana saja kita bisa mengakses informasi dan pengembangan ilmu yang kita inginkan melalui internet. Ada banyak website maupun blog yang tersedia di internet yang ditulis oleh orang yang lebih paham tentang suatu topik, dan kita sebagai pembaca tinggal memilah-milah informasi mana yang kita butuhkan.

Ilmu Mechanical Engineering juga menjadi topik yang banyak tersebar dan dicari di internet, baik oleh para pelajar maupun pekerja profesional. Saya sendiri sering mengunjungi beberapa website dan blog tersebut. Memilih sumber referensi dari website dan blog tentang topik ini tidak hanya harus informatif namun juga dapat memberi solusi yang tepat sesuai permasalahan yang kita hadapi. Nah, berikut ini adalah beberapa website dan blog yang membahas topik Mechanical Engineer yang menurut saya sangat informatif dan bisa menjadi sumber referensi.

Migas Indonesia

 


Website yang bernama Migas Indonesia Online ini didirikan tahun 2002 untuk tujuan menjadi media informasi seputar dunia Minyak dan Gas Bumi (Migas) Indonesia. Pembahasan dalam website ini begitu luas dan menjakau banyak tema seputar dunia Mechanical Engineering terutama yang terkait dengan sektor Migas. Yang membuat website ini istimewa adalah karena sebagian besar informasi yang tersedia di website ini adalah hasil diskusi para praktisi dan profesional melalui Mailing List Yahoo Group yang kemudian dirangkum. Alhasil pembahasannya selain informatif tentunya sangat kontekstual dan sesuai dengan lapangan, bukan hanya teori saja.

Anda bisa langsung mengunjungi website ini disini: Migas-Indonesia.Com

Pujangga Piping Blog

 


Blog sederhana yang dikelola oleh Mas Iwan Agung Dwi Saputra ini adalah idola saya sejak masih kuliah sampai sekarang. Sesuai namanya, blog ini banyak membahas seputar ilmu perpipaan. Mas Iwan ini adalah seorang praktisi senior di bidang Piping, sehingga tulisan-tulisannya sangat informatif. Selain itu, beliau juga cukup ramah dan tak sungkan-sungkan membalas pertanyaan-pertanyaan pengunjung blognya melalui kolom komentar. Sukses selalu, Mas Iwan dan blognya !

Bagi anda yang ingin mengunjung blog ini disini: Pujangga Piping 

Sampai hari ini baru beberapa website dan blog diatas yang saya rekomendasikan untuk menjadi sumber informasi seputar Mechanical Engineering. Sekali lagi parameter saya dalam memilih ini bukan hanya dari isi blog yang informatif namun juga harus dapat memberi solusi dari topik permasalahan yang saya hadapi. Saat ini saya sedang membaca beberapa blog lain yang juga membahas tentang Mechanical Engineering, dan nanti akan saya tambahkan ke daftar ini jika menurut saya sudah nyaman di hati. Hehe

Tuesday 17 September 2019

PLTA Poso, Bukan Proyek Pembuktian Insinyur Lokal


"Setelah hari kita menyaksikan pengujian hari ini, melanjutkan pengujian-pengujian sebelumnya, maka kami nyatakan PLTA ini berhak mendapatkan rekomendasi Laik Sinkron dan Laik Bertegangan dengan sistem jaringan 275 KV."

Kalimat diatas meluncur santai dari Bapak Suwito Soeleman, Penanggung Jawab Teknik PT Surveyor Indonesia, sore ini di ruangan meeting proyek PLTA Poso I, proyek pembangkit listrik yang sedang kami kerjakan. PT Surveyor Indonesia ini adalah perusahaan independen yang ditunjuk untuk melakukan verifikasi terhadap PLTA Poso I, apa benar sudah siap berfungsi atau belum. Pernyataan Pak Suwito ini diikuti dengan penandatanganan beberapa dokumen yang menandakan bahwa pembangkit listrik kami siap menerima tes beban dari PLN.
 

Kami yang berada di ruangan, begitu senang. Beberapa teman bertepuk tangan, sepertinya ada yang terharu sampai berkaca-kaca matanya. Bukan mengapa, untuk bisa sampai ke tahap ini, tidak begitu mudah untuk sebagian dari kami, termasuk saya, yang masih muda dan minim pengalaman kerja. Namun perusahaan ini percaya-percaya saja pada kemampuan kami.

Saat baru tiba di proyek ini beberapa hari lalu, Pak Suwito dalam sambutannya menyampaikan begini:

"Saya sudah berkeliling melakukan verifikasi pembangkit listrik seperti ini di beberapa wilayah di Indonesia, namun baru kali ini ruangan seperti ini dipenuhi anak-anak muda. Ini perusahaan yang unik. Biasanya perusahaan pembangkit listrik yang besar, ada konsultan terpisah, kontraktor terpisah, dan pekerjaannya dibagi ke sub kontraktor yang terpisah masing-masing. Tapi perusahaan ini berbeda. Semua dikerjakan sendiri. Mungkin ini satu-satunya perusahaan nasional yang sanggup membangun pembangkit listrik, yang mulai dari feasibility study, konstruksi, sampai pengujian dilakukan sendiri."

Saya kemudian berpikir-pikir, memang agak nekat juga perusahaan membebankan proyek sebesar ini kepada insinyur-insinyur lokal seperti kami. Perusahaan yang tergabung dalam grup usaha Kalla Group ini memang sejak dulu selalu menggunakan tenaga kerja lokal, tak hanya di PLTA Poso, namun juga di proyek-proyek yang lain.

Ditengah banyaknya proyek pembangkit listrik yang digarap oleh tenaga kerja asing, Bapak Ahmad Kalla, pimpinan perusahaan ini, tak bergeming sedikitpun. Terang-terangan beliau selalu percaya bahwa insinyur-insinyur Indonesia juga sanggup mengerjakan proyek PLTA.

Dari ruangan ini saya lalu teringat beberapa teman yang terlibat di proyek PLTA Poso ini yang memang masih muda-muda.

Pertama kali teringat yaitu teman yang lugu, Surya. Ia adalah wong jowo lulusan Teknik Geologi UPN Yogyakarta. Pada tahun 2015 silam ketika proyek ini baru proses persiapan lahan, saya beberapa kali menemani dia melakukan plate load test di beberapa titik lokasi proyek. Tes ini katanya berfungsi untuk menghitung daya dukung tanah terhadap bangunan pembangkit listrik yang akan kami kerjakan. Lalu berikutnya saya ingat Reza, anak muda jebolan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, yang hitungan-hitungannya banyak tertanam di desain bangunan proyek ini. 

Lalu saya ingat Hajrul, teman yang kini sudah pindah ke proyek lain, namun sumbangsihnya dalam pembangunan bendungan air proyek ini masih kokoh sampai sekarang. Selanjutnya saya ingat Zeid, lulusan Teknik Sipil Unhas juga. Zeid bersama Gianta, alumni Teknik Sipil Universitas Tadulako, adalah pengawas pembangunan Power House PLTA ini. Saya juga ingat Afif yang mengerjakan area Penstok. Ia anak muda yang teliti. Setiap pagi saya perhatikan dia membuat catatan-catatan kecil tentang apa yang akan dia kerjakan pada hari itu.

Di ruangan meeting sore ini ada Aldih dan Amir, dua alumni Teknik Elektro Unhas yang usianya belum genap 30 tahun. Amir bagian instrumen kontrol dan Aldih adalah andalan di bagian arus kuat. Ide-ide mereka ini banyak tersimpan di komponen-komponen elektrikal proyek ini.

Di lantai bawah ruangan meeting ini ada Sulqadri dan Imam, dua lulusan Teknik Mesin Unhas yang melakukan pengawasan pemasangan Turbin sejak dari bagian paling dasar sampai bisa berputar seperti sekarang. Ada Iqbal yang mengerjakan pamasangan pompa, kompresor, dan sistem perpipaan. Firman dan Faruq, dua anak muda andalan instrumen Generator yang gesit dan lincah. Ah, banyak lagi.

Ada banyak anak muda lain di proyek ini tapi tak muat saya tuliskan satu persatu. Mereka semua berkontribusi untuk pencapaian proyek PLTA Poso hari ini.

Dibelakang kami yang muda-muda ini, berdiri senior-senior yang sudah ada pengalaman di proyek PLTA sebelumnya. Dari bimbingan merekalah tumbuh percaya diri dalam hati kami bahwa kami sanggup ikut serta mengerjakan proyek ini. Mereka juga bukan datang dari negara lain, melainkan adalah insinyur-insinyur produk asli Indonesia.

Begitulah. Saat banyak perusahaan lain tak mau ambil resiko dengan mempekerjakan insinyur lokal, proyek PLTA Poso ini masih mempekerjakan kami. Perusahaan ini mempercayai kami.

Beberapa bulan lalu saya membaca sebuah artikel di salah satu media online besar yang judulnya begini: PLTA Poso, Tempat Insinyur Indonesia Membuktikan Diri. Artikel tersebut kini sudah dihapus oleh pembuatnya, dan saya tak tahu apa alasannya.

Bagi saya, kami di proyek ini tidak sedang membuktikan apa-apa. Insinyur-insinyur Indonesia dimanapun juga tak perlu membuktikan apa-apa. Kami hanya bekerja seperti seharusnya, mencari nafkah untuk keluarga, dan membantu perusahaan mencapai tujuan sebagai timbal balik atas kepercayaan perusahaan kepada kami. Itu saja.

Toh, dibuktikan seperti apapun, kalau rejekinya proyek-proyek PLTA kita jatuh ke tangan pekerja asing ya tidak akan tertukar balik.

Yang dibutuhkan Indonesia adalah pimpinan-pimpinan perusahaan seperti Pak Ahmad Kalla, yang percaya pada kemampuan kami dan siap mengambil resiko untuk kepercayaan itu. Kalau bukan karena kepercayaan Pak Ahmad Kalla, kami pasti sudah nelangsa dan menganga melihat proyek ini dari jauh, lalu ikut resah menjadi penonton di negeri sendiri.

Baca Juga:

Friday 13 September 2019

Firli: Saya Sedih Melihat Banyak Orang Ditahan karena OTT KPK


Kisah pemilihan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang tiap petang sepulang kantor saya nonton di TV, mencapai klimaks. Inspektur Jenderal Polisi Firli Bahuri yang sebelumnya menjadi satu dari lima pimpinan yang dipilih Komisi III DPR dan disetujui oleh Presiden Jokowi, didapuk menjadi ketua lembaga negara andalan saya itu.

Bapak Polisi Firli ini selama karirnya yang mentereng di Kepolisian, beberapa kali masuk dalam catatan KPK akibat gerak geriknya yang dianggap tak biasa. Saat namanya muncul di daftar calon pimpinan KPK, beberapa pihak menyuarakan penolakan. Mulai dari LSM dan pegiat antikorupsi bahkan sampai elemen pegawai KPK itu sendiri. Para pegawai KPK tampaknya tak rela jika dipimpin oleh Bapak Polisi Firli.
 

Namun penolakan-penolakan itu tak cukup menghalangi takdir. Bapak Polisi Firli melenggang mulus melalui berbagai tahapan yang dilaksanakan oleh panitia seleksi pimpinan KPK. Puncaknya, tadi malam melalui TV saya saksikan beliau ditetapkan menjadi Ketua KPK, menjadi orang yang memegang tampuk pengambilan keputusan tertinggi di lembaga pemberantasan korupsi negara ini.

Baca juga: Inilah Habibie Factor, Penemuan BJ Habibie yang Mengubah Dunia

Selain kabar betapa kontroversialnya beliau ini yang banyak dimuat di media online, saya tertarik dengan sebuah jawaban Bapak Polisi Firli menyoroti banyaknya pejabat yang tertangkap karena Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang kerap dilakukan KPK selama ini. Jawaban ini beliau sampaikan saat mengikuti uji kelayakan dan kepatutan calon pimpinan KPK di kantor Komisi III, DPR:


"Kita tahu, Pak, banyak orang ditahan, Pak, karena OTT. Mohon maaf, karena OTT, banyak sekali. Saya sedih, Pak, melihatnya, Pak. Berarti ada sesuatu yang harus kita kerjakan."


Saya setuju dengan pandangan Bapak Polisi Firli bahwa tujuan penegakan hukum terhadap pemberantasan korupsi tidak hanya untuk menghukum seseorang, atau memasukkan seseorang kedalam penjara, melainkan yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mengurangi kerugian negara akibat korupsi. Dengan cara pencegahan yang baik, maka tak perlu lagi ada orang yang disergap melalui OTT.


Saya setuju. Saya juga sedih banyak orang tertangkap OTT. Hanya saja, jika nanti tidak ada lagi OTT yang dilakukan KPK, saya berharap itu benar-benar karena sudah tidak ada lagi korupsi. Bukan karena Bapak Polisi Firli dan jajarannya di KPK tidak tahu menahu. Atau pura-pura tidak tahu.

Thursday 12 September 2019

Penyesalan Selama Kuliah

Apa penyesalan saya selama kuliah? 
Pertanyaan ini sudah begitu lama berlalu lalang dalam pikiran saya.
Ini sudah tahun ke enam saya meninggalkan bangku perkuliahan. Dulu di kampus, saya telah belajar, lalu kemudian lulus dengan baik, dan saat ini pun saya sudah menekuni pekerjaan yang saya inginkan. Namun saya selalu merasa ada penyesalan, ada yang kurang dalam sikap, aktivitas, dan cara pandang saya saat bertahun-tahun malang melintang di kehidupan perkuliahan.



Saya kuliah selama 6 tahun. Selama kuliah saya punya banyak teman, aktif di beberapa organisasi, dan lulus dengan nilai yang tak begitu jelek. Begitu lulus saya tak butuh waktu lama untuk mendapatkan pekerjaan yang pas, dan masih betah sampai sekarang. Di satu sisi saya merasa telah melalui kehidupan kampus dengan baik. Saya percaya bahwa semua yang saya capai hari ini tak terlepas dari pengalaman hidup yang sudah saya alami, termasuk saat masa kuliah. Namun seandainya saya bisa mengulang masa-masa tersebut, saya akan memperbaiki beberapa kesalahan saya berikut ini:

Terlalu Loyal Berorganisasi


Saya dulu ikut beberapa organisasi pemuda dan mahasiswa, baik didalam lingkungan kampus, maupun diluar lingkungan kampus. Keikutsertaan saya di organisasi-organisasi tersebut kadang membuat saya begitu kesulitan mengatur waktu. Sering sekali kesibukan di kegiatan organisasi mesti bertabrakan dengan jadwal kuliah. Semestinya dalam konflik seperti ini, saya bisa membagi waktu dengan baik. Organisasi bagi mahasiswa sangat penting, namun berkuliah dengan baik juga tak kalah pentingnya.


Sayangnya saya gagal. Saya kelewat loyal dalam beberapa organisasi yang saya ikuti. Saya terlalu mementingkan kegiatan-kegiatan yang saya kerjakan di organisasi dibanding aktifitas kuliah. Akibatnya, banyak mata kuliah saya yang tidak lulus. Bahkan pernah dalam dua semester, malah tak ada sama sekali kuliah yang lulus akibat kesibukan organisasi ini. Mata kuliah yang gagal ini terpaksa harus saya ulang beberapa kali di semester yang lain.


Baca juga: Mengapa Mahasiswa Teknik Harus Menonton Film 3 Idiots?

Kurang Mempelajari Skill Komputer


Saat ini saya ketahui ada banyak sekali software komputer yang dapat membantu aktifitas baik dalam pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Di pekerjaan saya menjumpai software-software engineering seperti AutoCad, Pipeflow, atau SolidWorks. Lalu ada juga aplikasi yang umum digunakan seperti Microsoft Office, CorelDraw, dan lain lain. Semua software ini seharusnya sudah saya kuasai sejak masih jadi mahasiswa. Mereka ini tak butuh kursus khusus, bisa belajar otodidak sendiri. 


Namun yang terjadi, entah apa yang saya lakukan selama kuliah. Saat lulus, saya hanya bisa menggunakan Microsoft Office, itupun tak begitu menguasai Microsoft Excell yang banyak saya gunakan di dunia kerja.

Tidak Banyak Menulis


Saat saya kuliah dulu, sudah ada platform Blog, seperti Blog ini, untuk menulis dan membagikan pikiran kita kepada orang lain. Saya juga sudah membuat Blog ini sejak dulu. Saya senang menulis dan saat kuliah saya melihat banyak sekali hal yang bermanfaat untuk ditulis dan diberitahukan kepada orang lain. Namun entah mengapa dulu saya tak banyak menulis. Beberapa catatan saya yang receh, tercecer dan tidak menghasilkan tulisan apa-apa.


Di jaman mahasiswa yang membara dan konon intelek, saya seharusnya bisa produktif mengasah kreatifitas pikiran dan menghasilkan tulisan yang baik, namun malah tertimbun rasa malas dan tingkah sok sibuk.

Tidak Memberikan Kemampuan Terbaik Untuk Belajar


Selama kuliah, saya hanya mengikuti kebiasaan-kebiasaan belajar yang umum dilakukan oleh teman-teman mahasiswa. Saya rajin hadir di kelas, mengerjakan jika ada tugas, ikut ujian dan lulus. Ibaratnya saya ikut-ikutan saja, dan itu sudah cukup untuk mendapatkan nilai. Saya terlupa bahwa seharusnya saya kuliah bukan hanya untuk mendapatkan nilai, melainkan untuk benar-benar belajar.


Saya bisa saja memperdalam ilmu yang saya dapatkan di kelas dengan belajar dari internet, dari buku-buku, meskipun tanpa perintah dosen. Saya bisa bertanya dan berdiskusi perihal isu-isu dunia kerja yang berkaitan dengan mata kuliah yang saya pelajari melalui forum-forum online. Dengan demikian pengetahuan saya tentu lebih maksimal. Sayangnya semua itu tidak saya lakukan.

Betul bahwa saya lulus kuliah dan langsung bekerja. Namun saya merasa bisa mendapatkan ilmu yang lebih banyak jika mengerahkan 100 % kemampuan saya untuk belajar. Saat ini, setelah saya mendapati betapa luas dan dinamisnya bidang pekerjaan yang saya tekuni, baru saya sadar betapa kurangnya ilmu yang saya dapat selama 6 tahun kuliah.


Tidak Serius Mengembangkan Usaha


Saya suka mengelola usaha. Saat ini, selain bekerja di perusahaan, saya juga menjalankan usaha sendiri yang meskipun masih sangat kecil, namun menyenangkan. Mengelola usaha memberikan tantangan yang lebih dinamis dibandingkan menjadi karyawan. Disamping itu, hanya dengan memiliki usaha sendiri, kita berpeluang mendapatkan passive income, alias penghasilan meskipun tidak bekerja lagi.


Saya menyesal karena tidak serius mengembangkan usaha seperti sekarang ini, sejak masih mahasiswa. Seharusnya sudah dari dahulu saya mencoba macam-macam usaha, memilah-milah mana yang cocok, dan memutuskan usaha mana yang akan saya jalankan. Sayangnya saya terlalu terbuai dengan iming-iming gaji jika sudah lulus kuliah dan bekerja. Memang tak ada salahnya menjadi karyawan, apalagi jika memang gaji juga mencukupi. Namun memiliki usaha sendiri bagi saya membawa kenikmatan yang berbeda.


Baca juga: Belajar Beternak Ayam Petelur

Demikian itulah poin-poin penyesalan saya, beberapa kekurangan selama saya melalui masa kuliah. Apakah anda juga pernah menyesali beberapa kekurangan masa kuliah seperti yang saya alami?

Wednesday 11 September 2019

Inilah Habibie Factor, Penemuan BJ Habibie yang Mengubah Dunia

Sore ini, 11 September 2019, Indonesia berduka. Bapak Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie, menghembuskan nafas terakhir pada pukul 18.03 WIB, di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Via: perpusnas.go.id

Saya mengagumi Bapak Habibie bukan hanya karena beliau adalah presiden yang menyelamatkan bangsa dari krisis demokrasi tahun 1998, melainkan karena bagi saya, beliau adalah Insinyur paling hebat yang pernah dilahirkan dalam sejarah Republik Indonesia.

Pernahkah anda mendengar Hukum Newton? Pernah dengar Persamaan Bernoulli? Atau Hukum Archimedes? Pasti anda yang pernah belajar di bangku sekolah, setidaknya tak begitu asing dengan istilah yang ditemukan oleh para ilmuwan dunia diatas. Namun apakah anda pernah mendengar Habibie Factor?

Problematika Penerbangan Dunia

 
Pernahkah anda memperhatikan sayap pesawat saat sedang mengudara? Sepintas sayap tersebut terlihat padat dan mulus.
Tapi, apakah anda tahu kalau bagian dalam dari struktur rangka sayap pesawat ini berongga-rongga?



Struktur rangka pesawat berada pada bagian dalam yang tertutup rapat. Bagian inilah yang menahan beban tekanan yang sangat besar dan terus-menerus selama penerbangan.
Pernahkah anda perhatikan saat sedang terbang dalam cuaca buruk dan terjadi turbulensi, sayap pesawat ini sampai berayun-ayun?

Dalam ilmu teknik, dikenal istilah fatigue, alias kelelahan material. Fatigue adalah melemahnya kekuatan suatu material yang disebabkan oleh beban terus-menerus yang diterima oleh material tersebut.


Baca juga: Engineering Adalah

Pada kasus rangka pesawat tadi, peristiwa fatigue ini adalah permasalahan yang pelik. Titik yang rawan fatigue pada sebuah pesawat adalah pada sambungan antara sayap dan badan pesawat, atau antara sayap dan dudukan mesin, karena bagian inilah yang mengalami guncangan paling keras terutama saat pesawat lepas landas, turbulensi, atau saat mendarat. Saat fatigue terjadi, ia memicu munculnya crack atau retakan pada material struktur rangka sayap.


Via: code-aster

Crack biasanya bermula pada ukuran 5 mikrometer. Sangat kecil, tapi terus merambat. Semakin hari kian memanjang dan bercabang-cabang pada material. Kalau crack ini tidak terdeteksi, taruhannya mahal. Sayap pesawat bisa patah kapan saja.

Pada tahun 1960-an permasalahan fatigue sangat sulit dideteksi. Belum ada pemindai sensor laser yang didukung teknologi komputer untuk menentukan titik crack. Puluhan tahun masalah ini terus menghantui dunia penerbangan. Bagaimana tidak, mereka tidak pernah tahu apakah sudah ada kerusakan pada struktur pesawat atau tidak. Akibatnya, pada masa itu kecelakaan pesawat cukup sering terjadi.

Dunia Mencari Solusi

 
Para Insinyur penerbangan terus mencari jalan keluar. Mereka mencoba mengatasi masalah crack ini dengan meningkatkan safety factor.

Bagaimana caranya meningkatkan safety factor?



Dalam ilmu teknik, safety factor adalah faktor tambahan dalam suatu hitungan perencanaan dengan tujuan untuk menambah kemanan dari perencanaan tersebut. Nah, cara yang dipakai para Insinyur penerbangan saat itu adalah meningkatkan safety factor ini sehingga bobot konstruksi struktur rangka pesawat menjadi sangat jauh melebihi kebutuhan. 

Konsekuensinya, akibat konstruksi struktur bertambah, otomatis membuat pesawat jadi jauh lebih berat. Kalau pesawat lebih berat tentu saja akan lebih lambat, susah bermanuver, dan menjadi lebih banyak mengkonsumsi bahan bakar.

Tentu akan sangat merepotkan.


Pada masa itu para Insinyur penerbangan di seluruh dunia dalam keadaan deadlock, tidak punya solusi. Masalah ini begitu sulit diselesaikan.


Baca juga: Mengapa Mahasiswa Teknik Harus Menonton Film 3 Idiots?

Insinyur Habibie

 
Pada masa tanpa solusi saat itu, Habibie, seorang Insinyur dari Indonesia, hadir membawa jalan keluar. Di usianya yang saat itu baru menginjak 32 tahun, beliau berhasil menjabarkan sebuah perhitungan yang sangat akurat dan detail untuk mendeteksi letak titik awal crack pada material struktur rangka pesawat.

Dunia terbelalak. Ini adalah penemuan yang besar dalam dunia penerbangan.

Dengan perhitungan dari Habibie, perencanaan struktur rangka sayap pesawat menjadi jauh lebih meyakinkan. Selain itu, berat pesawat dapat berkurang hingga 10% sehingga biaya produksi lebih ekonomis, pesawat lebih mudah bermanuver, hemat bahan bakar, dan menjadi mudah dalam perawatan.



Perhitungan Habibie ini dikenal dengan Crack Propagation Theory dan menjadi lebih populer di dunia penerbangan dengan istilah Habibie Factor. Sampai saat ini, selain Habibie Factor, Habibie memegang 46 hak paten untuk penemuan-penemuan beliau  dalam bidang pesawat terbang. Teori-teorinya banyak digunakan dalam industri penerbangan di seluruh penjuru dunia.

Selamat jalan, Bapak Habibie, kebanggaan Indonesia.
Entah perlu berapa generasi lagi bagi bangsa ini untuk bisa melahirkan seorang Insinyur sehebat beliau.


Monday 9 September 2019

Mengapa Mahasiswa Teknik Harus Menonton Film 3 Idiots?

Pernahkah kalian menonton film 3 Idiots?
Sampai hari ini, saya masih meletakkan film ini sebagai film Bollywood terbaik yang pernah saya nonton.

Via: filmibeat.com
 
3 Idiots adalah film yang kabarnya diadaptasi dari sebuah novel berjudul Five Point Someone karya penulis India, Chetan Bhagat. Film ini adalah film Bollywood yang tak biasa. Ada banyak film produksi India yang saya ‘remehkan’ sebab ceritanya itu-itu saja. Kalau tidak bergenre percintaan yang menari ditengah hujan atau berguling-guling di taman bunga, paling cerita kriminal yang petugas polisinya selalu datang terlambat naik mobil land rover tua. Haha. Pecinta Bollywood tahan emosi ya, ini pendapat pribadi. 

Sampai pada tahun 2009, Bollywood merilis film 3 Idiots, dan saya segera paham bahwa selain sanggup menghasilkan insinyur-insinyur hebat yang banyak tersebar di perusahaan-perusahaan besar dunia, India ternyata juga bisa menghasilkan film yang keren dan berbeda.

Sekedar informasi, di India ada universitas teknik bernama Indian Institute of Technology (IIT) yang konon sebanyak 25% lulusannya bekerja di Amerika. Sisanya tersebar di belahan dunia lain. Bos Google sendiri, Sundar Pichai, yang hari ini dilabeli sebagai ‘The Most Paid CEO in The World’ alias CEO dengan bayaran terbesar diseluruh penjuru dunia, adalah seorang lulusan IIT.

Kembali ke 3 Idiots, jadi pertama kali setelah saya menonton film ini, yang saya lakukan adalah mengulang kembali menonton dari awal. Sungguh film yang keren, unik, dan sarat nilai-nilai kritik.

Baca juga:  

Film ini menceritakan kisah 3 orang sahabat bernama Ranco, Raju, dan Farhan. Ranco diperankan oleh aktor kawakan India, Aamir Khan, Raju diperankan oleh Sharman Joshi, dan Farhan diperankan oleh Ranganathan Madhavan. Ranco, Raju, dan Farhan menjadi sahabat karena tinggal sekamar dalam asrama ketika mereka menjadi mahasiswa di Imperial College of Engineering (ICE). ICE sendiri dalam film ini diceritakan sebagai universitas teknik terbesar di India yang sangat populer dan lulusannya biasanya langsung bekerja di perusahaan top. Saya belum memeriksa apakah kampus ini benar ada di India atau hanya fiksi untuk kebutuhan film.


Nah, 3 Idiots ini mengangkat kisah sehari-hari ketiga sahabat yang berbeda karakter dan latar belakang tersebut selama menjadi mahasiswa teknik di ICE, baik dalam aktifitas perkuliahan sampai kehidupan keluarga mereka. Yang membuat film 3 Idiots ini istimewa bagi saya adalah bahwa film ini sanggup mengisahkan situasi dan pergulatan batin yang dihadapi para mahasiswa teknik secara gamblang dan tampak benar adanya. Dari kesulitan-kesulitan perkuliahan, kehidupan keluarga yang rumit, sampai kekonyolan khas mahasiswa yang menggelitik perut. Saya seorang mahasiswa teknik dan saya pun mengalami beberapa titik kesulitan yang dialami oleh para tokoh dalam film ini.

Via: hdnicewallpapers.com

Farhan lahir dalam keluarga berada. Sejak lahir, keluarganya sudah menginginkan ia menjadi seorang insinyur. Hal ini tak lepas dari sudut pandangan ayahnya, bahwa dengan menjadi insinyur akan menjanjikan gaji yang besar dan kehidupan yang layak. Sayangnya Farhan tumbuh besar dengan minat yang lain, ia menyukai dunia photografi. Namun demi memenuhi keinginan keluarganya, ia tetap mengambil sekolah teknik di ICE, tapi dengan setengah hati. Ia tak bahagia.

Raju berasal dari keluarga ekonomi pas-pasan, bapaknya adalah seorang tukang pos yang sakit-sakitan. Tuntutan ekonomi membuat Raju tak punya pilihan lain selain berusaha menjadi insinyur dan bekerja di perusahaan yang bagus. Ia adalah tumpuan harapan keluarganya. Sehari-hari Raju merasa tertekan. Ia khawatir tidak lulus ujian, atau tidak bisa lulus tepat waktu, sehingga akan gagal memenuhi ekspektasi keluarganya.


Ranco yang paling cerdas diantara mereka dikisahkan dari keluarga kaya raya. Ia dengan pikirannya yang out of the box, begitu tergila-gila pada dunia teknik. Kemana-mana Ranco membawa obeng, untuk membongkar dan mempelajari cara kerja peralatan mesin yang ditemuinya. Beberapa kulkas di kantin kampus pun jadi rusak parah. Saat semua mahasiswa antri setiap hari untuk mandi di kamar mandi asrama, Ranco dengan santainya mandi di taman dengan menggunakan penyiram bunga. Ia memiliki pola pikir yang begitu berbeda dengan mahasiswa kebanyakan. Akibat pikirannya yang kritis dan suka mendebat dosen, Ranco lebih sering dikeluarkan dari ruang kuliah. Dan jika sudah diusir dari satu kuliah, ia akan pindah ke ruang kuliah lain meskipun itu bukan jadwal kuliahnya. Bagi Ranco, nilai kuliah itu tidak penting. Yang perting baginya adalah belajar, dimanapun tempatnya.

Baca juga: 

Problematika hidup ketiga sahabat ini membawa mereka melewati kisah persahabatan yang hebat dan berurai air mata. Saya tak malu untuk mengakui bahwa saya selalu ikut menangis setiap menonton film ini. Itu karena saya juga punya teman-teman dekat yang konyolnya kadang bikin tepuk jidat, tapi selalu bisa saya andalkan di saat-saat sulit.


Via: filmibeat.com
 
Meskipun disuguhkan dalam bentuk drama komedi, 3 Idiots berhasil menancapkan kritik yang tajam terhadap sistem pendidikan di seluruh dunia. Bahwa pendidikan kadang hanya memacu mahasiswa untuk sekedar dapat nilai bagus dalam ujian, lulus kuliah, lalu mendapatkan pekerjaan, tanpa memperhatikan potensi lain yang sesuai dengan minat masing-masing mahasiswa. Film ini membuat kita paham bahwa sistem pendidikan yang hanya mementingkan kompetisi  akan membuat mahasiswa jadi kaku dan tidak sanggup berpikir kreatif. Metode seperti ini akan menguntungkan mereka yang pintar dalam objek pelajaran tertentu, tapi melumat habis mahasiswa lain yang bukannya tidak mampu, melainkan sebenarnya potensinya ada di tempat yang lain. Jika kita menilai kecerdasan hewan dari kelihaiannya memanjat pohon, maka selamanya ikan akan menjadi yang paling bodoh.

Baca juga:  

Sampai hari ini, meskipun sudah bukan mahasiswa lagi, saya masih sering menonton ulang film 3 Idiots. Sudah beberapa tahun sejak film ini populer, rasanya belum ada lagi film lain yang sepadan. Saya merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh para mahasiswa, terutama mahasiswa teknik. Ini bisa membantu kita menentukan arah. Apa sebenarnya tujuan kita kuliah di jurusan kita sekarang? Apakah jurusan ini memang sudah sesuai passion dan minat kita? Ataukah kita hanya ikut-ikutan orang lain biar terlihat keren? Jangan-jangan jauh didalam sekat-sekat hati, kita mendambakan cita-cita yang lain !

Sunday 8 September 2019

Engineering Adalah

engineering adalah

Setiap saya bepergian dengan pesawat, pada saat check in saya selalu meminta sebisa mungkin duduk di seat yang dekat jendela. Selain untuk menikmati pemandangan, saya juga senang mengambil foto sayap pesawat. Pernah ada teman yang menyebut saya fotografer sayap pesawat. Hehe. Itu karena saking banyaknya foto-foto sayap pesawat didalam galeri handphone saya.

engineering adalah

Pernahkah kalian membayangkan bagaimana pesawat bisa terbang?
Pesawat terbuat dari bahan logam sebagai struktur rangka utama yang tentunya cukup berat. Pesawat Boeing 737 MAX-8 yang beberapa bulan yang lalu viral didunia maya, beratnya sekitar 82 ton.


82 ton itu seberat apa?
82 ton setara dengan 82.000 kilogram. Jika timbangan badan rata-rata manusia adalah 50 kilogram, maka 82 ton sama dengan berat 1640 orang. Berat kan? Bagaimana bisa benda seberat itu mampu terbang menari-nari di udara dan tidak jatuh?


engineering adalah

Pesawat adalah contoh yang paling mudah untuk menunjukkan representasi dunia engineering. Memang betul bahwa ilmu dasar dalam penemuan pesawat adalah persamaan hukum Bernoulli yang ditemukan oleh Daniel Bernoulli yang adalah seorang ahli matematika dan fisika. Namun jika bukan karena Orville Wright dan saudaranya Wilbur Wright yang menerapkan ilmu tersebut pada rancangan pesawat mereka, maka hukum Bernoulli akan selamanya hanya ada di buku dan dihafalkan dari masa ke masa.


Baca juga: 
Dahulu waktu saya kuliah, salah satu dosen idola saya di Unhas yang membawakan kuliah Mekanika Fluida, bapak Nasaruddin Salam, sering menyampaikan kalimat begini: "Pekerjaan engineering itu sederhana, kita mengubah mimpi menjadi kenyataan!"

Agak hiperbola namun memang demikianlah adanya. Dulu orang memimpikan bepergian antar negara dengan cepat dan mudah, engineering menciptakan pesawat. Dulu orang memimpikan bisa tetap terang walau saat malam hari, engineering menciptakan listrik. Dahulu orang memimpikan bisa berbicara dengan kerabat di tempat yang jauh, engineering menciptakan jaringan handphone.


engineering adalah

Engineering adalah menerapkan ilmu sains dan matematika untuk menyelesaikan permasalahan peradaban. Pelaku engineering disebut engineer, dan di Indonesia lebih populer dengan istilah insinyur. Para engineer memikirkan bagaimana berbagai ilmu sains dan matematika dapat diterapkan untuk memudahkan kehidupan manusia. Para ilmuwan sains sering mendapatkan pujian atas penemuan ilmu yang mereka hasilkan, tetapi para engineer lah yang berperan dalam membuat penemuan itu bermanfaat bagi dunia. Bagi saya sendiri, ilmu sains tanpa engineering hanyalah dongeng. 


Baca juga:  
Engineering adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah peradaban manusia. Piramida Giza, Stonehenge, Parthenon, dan Menara Eiffel yang masih berdiri hari ini adalah beberapa monumen warisan para engineer pada jamannya. Saat ini pekerjaan engineering tersebar di berbagai bidang kehidupan seiring dengan makin kompleksnya permasalahan dan tantangan jaman. Para engineer tidak hanya dibutuhkan untuk membuat pesawat atau merancang bangunan yang monumental, namun juga dalam industri energi, pertambangan, otomotif, perminyakan, listrik, pelayaran, komputer, sampai perangkat lunak.

engineering adalah

Engineering tak lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Apa saja yang yang bisa memudahkan atau menyelesaikan masalah dalam keseharian kita, adalah ilmu engineering. Dari bangun pagi, kita menyalakan lampu. Berangkat ke kantor naik motor, motor diisi bahan bakar bensin hasil tambang minyak bumi, di kantor mengetik di komputer sambil menyalakan AC. Oh iya, tadi ke kantor lewat jalan raya dan jembatan layang. Akhir pekan pulang kampung naik kereta api. Semua fasilitas diatas adalah karya engineering.
Lalu  bagaimana bangunan kantor kita yang tinggi bisa kokoh dan tak rubuh diterpa angin? Bagaimana bisa ada lift untuk kita naik turun lantai tanpa perlu repot-repot naik tangga? 
Di belakang hal-hal keren tersebut ada seorang engineer yang merancangnya.

Bagaimana, sudah terbayang sesuram apa dunia ini tanpa kiprah para engineer?

Kabar sedihnya, tingkat ketersediaan engineer yang kompeten di dunia makin tak berimbang dengan kebutuhan industri. Di Indonesia sendiri, menurut riset lembaga Persatuan Insinyur Indonesia (PII), kita masih kekurangan sekitar 280 ribu engineer dalam kurun waktu 5 tahun kedepan. Saya sendiri tak mengerti bagaimana ini bisa terjadi.

Baca juga: 
Engineering adalah kebutuhan hidup kita. Untuk itu saya berharap bahwa menjadi seorang engineer atau insinyur akan selalu menjadi salah satu pilihan cita-cita bagi generasi muda kita. Jangan semuanya mau jadi yutuber !

Friday 6 September 2019

Doa Untuk Saleh As, Penyanyi Lagu Daerah Mandar

Saya tumbuh besar di jaman sedang populernya seorang penyanyi idola masyarakat di desaku pada tahun 2000-an. Bukan Deddy Dores, apalagi Tony Braxton, melainkan bapak Saleh As.

Saleh As adalah seorang penyanyi daerah Mandar yang lagu-lagunya melegenda di kalangan masyarakat Sulawesi, khususnya di kampungku, Sulawesi Barat. Beliau menciptakan puluhan lagu daerah dan banyak dari lagu tersebut yang ia nyanyikan sendiri.

Saleh As, Shaleh As, Penyanyi Mandar

Masyarakat Sulawesi Barat pasti tak asing dengan lirik lagu ini:

Usanga bittoeng
Ra’da dziolou
Ikandi palakang
Mecawa le’mai

Ya, gombalan karismatik khas Mandar diatas adalah penggalan sebuah lagu yang sangat popular seantero tanah Sulawesi Barat. Rasanya tak mungkin ada orang disana yang tak pernah mendengar lagu itu. Lagu berjudul ‘Malotong Mammis’ tersebut adalah salah goresan suara dan kekayaan pikiran seorang Saleh As.

Saleh As menyanyikan lagu-lagu yang menyentuh sudut-sudut kehidupan. Ia menceritakan perjalanan kehidupan pada lagu Pitu Ana’ Ende’u, dan mewakili pedihnya patah hati dalam lagu Janjimu Puramai. Dijalan yang sama, ia mengajarkan bahasa dan sastra mandar dari kota sampai ke pelosok desa melalui kosakata yang apik dalam lirik-liriknya.

Di jaman saya beranjak remaja dulu, lagu-lagu Saleh As terdengar disetiap penjuru kampung. Ia mengalun dari suara biduan di acara pernikahan, tapi juga membahana dari radio buntut saat panen padi di sawah. Ia mendampingi saat malam di pos ronda, tapi tak jarang juga membangunkan tidur di pagi hari. Makanya mudah sekali bagi saya untuk mengidolakan Saleh As sampai ke ubun-ubun. Lagu-lagunya adalah lumbung kenangan bagi saya.

Kini ada banyak penyanyi daerah Mandar yang lain, Saleh As juga sudah beranjak tua. Namun bagi saya pesona beliau adalah semesta yang lain. Ia mengambil tempat yang begitu kuat dalam ingatan. Saya bisa di suatu saat tiba-tiba saja ingin mendengarkan lagu Tuo Welang Pelang dari galeri musik handphone. Di playlist musik yang biasa saya dengarkan di kantor, lagu-lagu Saleh As berbaris di album tersendiri. Lagu-lagu yang selalu berhasil membawa saya kembali ke kampung halaman dalam sekejap, meski hanya dalam kenangan.

Pagi ini saya mendengar kabar yang mengiris-iris hati: Saleh As terbaring sakit dan tak cukup biaya untuk berobat.

Kabar yang membuat saya ingin menangis sejadi-jadinya. Saya tak bisa berbuat apa-apa. Hanya doa yang berulang-ulang terucap, semoga penyanyi idola saya cepat pulih. Saya berharap dapat berjumpa dengan beliau suatu saat nanti. Kabulkan ya Allah !

Saleh As adalah maestro. Kenangannya tak ternilai.
Semua ibu melahirkan anak, tapi tidak dengan ibu Saleh As, ia melahirkan seorang legenda.

Featured

[Featured][recentbylabel2]

Featured

[Featured][recentbylabel2]
Notification
Apa isi Blog ini? Catatan perjalanan, opini, dan esai ringan seputar Engineering.
Done