Infeksi Virus Corona Bukanlah Aib ! - Fachrul Hidayat
News Update
Loading...

Friday 27 March 2020

Infeksi Virus Corona Bukanlah Aib !

virus corona bukan aib

Coronavirus Disease atau umum disebut Covid-19 masih menjadi pandemik yang mengguncang dunia kesehatan global sampai hari ini. Sejak diumumkan sebagai kasus pertama Desember 2019 lalu di Wuhan, China, virus ini telah menjangkiti 199 negara. Update website Worldometers mencatat, per hari ini kasus Covid-19 di seluruh dunia telah menyentuh angka 596.731jiwa, dengan total kematian 27.352 jiwa.

Baca:  Global Coronavirus Cases

Indonesia sendiri menjadi negara yang sebulan terakhir berjibaku menanggung keganasan Covid-19. Hari ini, 26 hari sejak Presiden Jokowi mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia, jumlah kasus telah sampai di angka 1046 jiwa dengan total kematian 87 jiwa.

Musibah ini benar-benar menjadi prahara yang mengganggu kestabilan dunia.

Sayangnya, ditengah penanggulangan penyakit yang lebih terkenal dengan sebutan virus corona ini, muncul beberapa stigma di masyarakat yang justru amat menyedihkan. Kebanyakan orang menganggap bahwa terinfeksi virus corona adalah aib yang memalukan. 

Entah barangkali akibat pemberitaan yang berlebihan atau memang sedemikian menakutkannya penyakit ini sehingga menimbulkan ketakutan berlebihan. Penularan virus yang sangat cepat dan penambahan kasus infeksi baru setiap hari, belakangan menjadi santapan berita sehari-hari masyarakat. Orang akhirnya menganggap bahwa infeksi virus corona ini menjatuhkan harga diri, sebab akan dijauhi teman-teman dan dikucilkan dari pergaulan.

Saya ingin menyampaikan bahwa virus corona bukanlah aib. Ia tak ubahnya seperti penyakit menular lain. Kurang lebih seperti penyakit flu, tuberkulosis, penyakit kulit, dan penyakit lain yang bisa berpindah ke orang lain. Dan penderita yang positif terjangkit virus corona memiliki peluang untuk sembuh, seperti halnya juga penyakit lain.

Baca:  Persentase Kesembuhan Virus Corona

Menganggap virus corona sebagai aib adalah sangat berbahaya. Akhirnya akan ada banyak orang yang sebenarnya berpotensi terinfeksi virus corona tapi berusaha menutupi diri agar tidak mendapat pandangan buruk dari lingkungan. Akan ada orang yang mungkin saja tidak terinfeksi, hanya mengalami gejala yang mirip dengan gejala virus corona, seperti batuk dan bersin, namun tidak berani memeriksakan diri. Bahkan ada yang tidak mau terlihat sakit dihadapan orang lain, sampai menahan-nahan batuk dan bersin.

Beberapa hari lalu saya membaca berita tentang dr. Bambang Sutrisna, seorang dokter yang meninggal karena terpapar virus corona. Sebelumnya dokter ini memeriksa pasien yang ternyata telah lebih dahulu terjangkit virus corona, namun pasien ini tidak jujur bahwa ia telah positif corona. Ketidakjujuran pasien ini akhirnya membawa petaka bagi sang dokter.

Baca:  Curhatan Anak Dokter yang Meninggal Terpapar Corona

Kemarin di Tarakan, Kalimantan Utara, seorang pasien dirawat di rumah sakit. Pasien ini tidak jujur tentang riwayat perjalanannya sebelumnya. Setelah sakitnya makin parah, baru ketahuan bahwa ia baru pulang dari bepergian ke Jakarta. Kita tahu Jakarta menjadi daerah dengan menyebaran virus corona terbanyak. Akhirnya semua dokter dan perawat yang berkontak dengan pasien ini berada dalam bahaya terjangkit virus corona.

Jika kita sering mendengar kisah pengkhianat dalam cerita peperangan, maka orang-orang seperti inilah pengkhianat dalam perang bangsa kita melawan virus corona. Mereka tidak punya hati nurani sedikitpun.

Tenaga kesehatan, dokter dan perawat adalah ujung tombak dalam penanggulangan virus corona. Mereka berdiri di baris terdepan, menghadapi maut demi menyelamatkan nyawa pasien. Mereka juga memiliki keluarga yang menunggu dirumah. Apa jadinya jika para dokter dan perawat ini tumbang hanya gara-gara kebodohan pasien-pasien yang tidak jujur mengakui sakitnya?

Menyembunyikan gejala virus corona menjadikan seseorang berperan menyebar virus ini kepada orang disekitar. Mungkin saja keluarga, atau teman sehari-hari. Apa hebatnya tampak sehat bugar didepan orang lain jika belakangan menjadi musibah?

Stigma bahwa virus corona adalah aib muncul dari buah pikiran yang tidak sehat akibat ketakutan berlebihan. Maka janganlah menjadi bagian dari itu.

Jika mengalami gejala terinfeksi virus corona, tidak perlu malu. Berbesar hatilah mengakui. Sampaikan kepada orang-orang disekitar, lalu terapkan langkah penanganan yang telah disampaikan oleh tim kesehatan kita. Itu akan jauh lebih bijaksana dibandingkan menutup-nutupi diri yang belakangan malah merugikan diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Toh sekali lagi, penyakit ini juga memiliki peluang yang tinggi untuk sehat kembali.

Bagikan ke teman-teman anda

Tinggalkan komentar

Notification
Apa isi Blog ini? Catatan perjalanan, opini, dan esai ringan seputar Engineering.
Done