Jusuf Kalla Menggertak China - Fachrul Hidayat
News Update
Loading...

Tuesday 8 October 2019

Jusuf Kalla Menggertak China

Jusuf Kalla Via timur-angin.com
Bukan rahasia lagi jika Jusuf Kalla adalah tokoh dengan kemampuan diplomasi yang handal. Cepat, berani, dan bermartabat adalah prinsip yang mendarah daging baginya dalam setiap sikap politik maupun pengambilan keputusan. Jusuf Kalla dikenal sebagai inisiator perdamaian di beberapa daerah konflik. Sebagai politikus, beliau tidak ciut sedikitpun nyalinya berhadapan dengan tokoh-tokoh besar dalam pergaulan internasional.

Suatu ketika pada masa pemerintahan presiden SBY, saat itu Jusuf Kalla menjadi wakil presiden, ada masalah dengan China. Pemerintah China marah karena Indonesia mengizinkan presiden Taiwan mendarat di Indonesia. Kita ketahui, China dan Taiwan adalah dua negara serumpun tapi tidak akur. Mereka pernah terlibat konflik dan sampai kini menjadi saingan dalam ekonomi.

Taiwan adalah negara yang bisa dikatakan tidak memiliki banyak teman di dunia. Suatu waktu dalam perjalanan pulang dari Libya, presiden Taiwan hendak melakukan pengisian bahan bakar pesawat (refueling) di Belanda, tapi Belanda tidak mengizinkan. Dari Libya ke Taiwan tidak bisa direct flight, mesti mampir refueling. Presiden Taiwan lalu menelepon Jusuf Kalla.

"Mr Vice Presiden, tolong izinkan saya mampir refueling di Indonesia," dia meminta.

"Oke," jawab Jusuf Kalla.
"Kamu boleh mendarat dimana saja asal jangan di Jakarta. Nanti ribut semua orang," tambahnya.

Maksud Jusuf Kalla biar diam-diam saja, tak perlu ramai ketahuan media. Keputusan ini juga diambil setelah melalui izin dari presiden SBY.

Presiden Taiwan kemudian memilih mendarat di Batam. Namun presiden Taiwan ini agak nakal juga. Diberi izin mampir selama 4 jam, rombongan mereka malah menginap semalam di Batam. 

Mengetahui presiden Taiwan datang ke Indonesia, China pun protes keras. Meskipun sudah dijelaskan bahwa mereka hanya mampir refueling, tetap saja China dongkol.

Sementara bagi Jusuf Kalla, bantuannya kepada presiden Taiwan bukan tak berarti apa-apa. Sepulang dari Indonesia, Jusuf Kalla menagih presiden Taiwan dengan permintaan macam-macam, dan sang presiden pun setuju saja. Jusuf Kalla meminta spare part untuk pesawat jet Indonesia, Taiwan setuju. Jusuf Kalla meminta kapal patroli yang canggih dan ada roketnya, Taiwan kasih 40 unit, dan bayarnya pun boleh belakangan. Sayangnya pada saat itu presiden SBY tidak setuju, meskipun Jusuf Kalla sudah siap pasang badan kalau China marah.

"Pak Presiden, kalau China marah, bilang saja wapres saya yang nakal," kata Jusuf Kalla kepada SBY. Namun tetap saja presiden SBY tak setuju.


Setelah peristiwa pendaratan refueling presiden Taiwan, China marah kepada Jusuf Kalla. Alhasil ketika beliau ada jadwal kunjungan ke China untuk mengurus pendanaan listrik, para petinggi China tidak mau menemuinya.

Sial bagi China berhadapan dengan Jusuf Kalla yang adalah seorang dengan nyali pemberani. Jusuf Kalla malah marah balik. Beliau lalu menelepon presiden Taiwan.

"Mr Presiden, gara-gara kamu mendarat di Indonesia, saya jadi susah. Seharusnya sekarang saya sudah mempunyai USD 10 miliar dari China, tapi gagal gara-gara kamu. Sekarang saya mau kamu bantu saya USD 5 miliar. Saya mau bangun listrik di negara saya," demikian Jusuf Kalla sampaikan.

Presiden Taiwan setuju, meminjamkan uang USD 5 miliar kepada Jusuf Kalla. Jusuf Kalla segera menyuruh perwakilannya datang ke Taiwan untuk bertemu Menteri Keuangan Taiwan sembari berpesan agar bantuan ini diliput oleh media massa di Taiwan. 

Beberapa hari kemudian kabar bahwa Taiwan membantu Indonesia sebesar USD 5 miliar tersebar dan membuat China kebakaran jenggot. Jusuf Kalla memang sengaja membuat China panik. Beliau ingin menggertak China.

Jusuf Kalla memegang pendirian yang kokoh bahwa China lebih butuh kepada Indonesia dibandingkan Indonesia butuh kepada China. Indonesia bisa membeli barang dari negara mana saja, namun China tidak bisa mendapatkan batubara yang melimpah, nikel dan bauksit sebanyak dari Indonesia. 

Tak lama setelah kabar bantuan Taiwan tersebar, perwakilan dari China datang ke Indonesia untuk menemui Jusuf Kalla dengan membawa pesan bahwa China akan menyetujui pinjaman USD 10 miliar dan meminta Jusuf Kalla segera datang ke Beijing. Namun kemarahan Jusuf Kalla belum reda. Beliau saat itu bilang begini, "Saya tidak mau. Dulu saya mau datang, kamu tolak. Sekarang saya tidak ada waktu."

China benar-benar panik. Mereka mengirim undangan sampai tiga kali. Sampai akhirnya, sebulan setelah undangan yang terakhir, Jusuf Kalla bersedia datang ke Beijing. Dan apa yang terjadi setelah tiba di Beijing?

Jusuf Kalla disambut dengan barisan kehormatan yang begitu megah. Itu adalah pertama kalinya seorang wakil presiden disambut sedemikian megah di China.


Itulah sepenggal kisah Jusuf Kalla, seorang tokoh bangsa dengan pembawaan lugas dan berani, tak lemah sedikitpun berhadapan dengan negara besar seperti China. Baginya Indonesia bukan negara kecil yang mesti mengemis bantuan dari negara lain, melainkan adalah negara berkembang yang siap bermitra dengan negara manapun, asalkan sesuai dengan asas pergaulan internasional. Indonesia sampai kapanpun akan merindukan sepak terjang seorang Jusuf Kalla.

Literasi: Tangan Di Atas (Husain Abdullah, 2018)

Bagikan ke teman-teman anda

Tinggalkan komentar

Notification
Apa isi Blog ini? Catatan perjalanan, opini, dan esai ringan seputar Engineering.
Done